SURABAYA - Siapa sih yang nggak tahu bahwa toilet adalah tempat membuang hajat. Namun, fungsi sejumlah toilet umum ditengarai menyeleweng. Alih-alih untuk membuang hajat yang ''itu''
, toilet di sejumlah kawasan menjadi tempat melampiaskan hajat yang ''lain''. Ya, beberapa sumber mengatakan bahwa ada toilet di metropolis yang menjadi tempat penuntasan berahi. Misalnya, di Terminal Joyoboyo dan Stasiun Wonokromo.
Denny (bukan nama asli), mantan anak jalanan yang kerap mangkal di Joyoboyo, menegaskan itu. Menurut dia, kalau malam, toilet terminal itu berubah fungsi. Ya jadi tempat esek-esek. Situasinya memang ''menunjang''. Orang tak banyak yang lewat, ponten tersebut pun beroperasi 24 jam plus letaknya nyelempit.
Siapa yang memakai? Denny mengetakan, pelanggan ponten itu adalah anak jalanan (anjal) atau sopir yang kebelet. Mereka biasanya bermain dengan orang-orang di wilayah itu juga. Kebanyakan suka sama suka. ''Kadang-kadang main sama AI,'' ujar Denny. AI adalah arek ilang, istilah untuk -tentu saja- anak hilang.
Penjaga toilet biasanya memang sudah tahu sama tahu. Transaksi pun lebih lancar. Agar tak terganggu, biasanya di depan toilet sudah ada orang yang menunggu. ''Soalnya kadang mainnya giliran,'' kali ini Arman, juga samaran, menimpali.
Kondisi yang sama juga terjadi di Stasiun Wonokromo. Salah seorang penjaga parkir di tempat itu -sebut saja Gatot- mengatakan bahwa toilet yang beralih fungsi saat malam biasanya tidak dikelola pihak stasiun. Memang, di kawasan itu ada WC umum yang dikelola individu. Ada yang di dalam stasiun, ada yang di luar. ''Jam tujuh malam biasanya sudah ada yang pakai,'' kata pria yang sudah tiga tahun bekerja sebagai penjaga parkir tersebut.
Di Wonokromo, pengguna biasanya berpasangan dengan pelacur di kawasan itu. Menurut Gatot, transaksi cukup ramai. Apalagi, akhir pekan. ''Kalau kepepet, main di toilet kan nggak masalah,'' kata Gatot.
Jawa Pos menelusuri toilet di dua tempat tersebut. Sejatinya, toilet Joyoboyo atau Wonokromo cukup bersih. Ada penunggu yang juga merangkap sebagai tukang bersih-bersih toilet. Bahkan, beberapa ponten berlantai keramik. Baunya memang masih khas, tapi tidak begitu menyengat.
Ukurannya kecil-kecil, seperti bilik ATM. Kalau ada yang nekat ''main'', pasti harus berdiri. ''Tapi, gaya kan bisa macam-macam,'' kata Arman, anjal Joyoboyo, lantas tergelak.
Mengenai alih fungsi itu, Omen, salah seorang penjaga toilet di Terminal Joyoboyo, mengatakan bahwa kemungkinan itu ada. Tetapi, ponten yang dia kelola tersebut diusahakan tidak dijadikan tempat esek-esek. ''Saat tutup, semua pintu toilet langsung kami kunci. Biar tidak ada yang bisa menggunakan sembarangan,'' kata pria yang baru setahun bertugas itu
Denny (bukan nama asli), mantan anak jalanan yang kerap mangkal di Joyoboyo, menegaskan itu. Menurut dia, kalau malam, toilet terminal itu berubah fungsi. Ya jadi tempat esek-esek. Situasinya memang ''menunjang''. Orang tak banyak yang lewat, ponten tersebut pun beroperasi 24 jam plus letaknya nyelempit.
Siapa yang memakai? Denny mengetakan, pelanggan ponten itu adalah anak jalanan (anjal) atau sopir yang kebelet. Mereka biasanya bermain dengan orang-orang di wilayah itu juga. Kebanyakan suka sama suka. ''Kadang-kadang main sama AI,'' ujar Denny. AI adalah arek ilang, istilah untuk -tentu saja- anak hilang.
Penjaga toilet biasanya memang sudah tahu sama tahu. Transaksi pun lebih lancar. Agar tak terganggu, biasanya di depan toilet sudah ada orang yang menunggu. ''Soalnya kadang mainnya giliran,'' kali ini Arman, juga samaran, menimpali.
Kondisi yang sama juga terjadi di Stasiun Wonokromo. Salah seorang penjaga parkir di tempat itu -sebut saja Gatot- mengatakan bahwa toilet yang beralih fungsi saat malam biasanya tidak dikelola pihak stasiun. Memang, di kawasan itu ada WC umum yang dikelola individu. Ada yang di dalam stasiun, ada yang di luar. ''Jam tujuh malam biasanya sudah ada yang pakai,'' kata pria yang sudah tiga tahun bekerja sebagai penjaga parkir tersebut.
Di Wonokromo, pengguna biasanya berpasangan dengan pelacur di kawasan itu. Menurut Gatot, transaksi cukup ramai. Apalagi, akhir pekan. ''Kalau kepepet, main di toilet kan nggak masalah,'' kata Gatot.
Jawa Pos menelusuri toilet di dua tempat tersebut. Sejatinya, toilet Joyoboyo atau Wonokromo cukup bersih. Ada penunggu yang juga merangkap sebagai tukang bersih-bersih toilet. Bahkan, beberapa ponten berlantai keramik. Baunya memang masih khas, tapi tidak begitu menyengat.
Ukurannya kecil-kecil, seperti bilik ATM. Kalau ada yang nekat ''main'', pasti harus berdiri. ''Tapi, gaya kan bisa macam-macam,'' kata Arman, anjal Joyoboyo, lantas tergelak.
Mengenai alih fungsi itu, Omen, salah seorang penjaga toilet di Terminal Joyoboyo, mengatakan bahwa kemungkinan itu ada. Tetapi, ponten yang dia kelola tersebut diusahakan tidak dijadikan tempat esek-esek. ''Saat tutup, semua pintu toilet langsung kami kunci. Biar tidak ada yang bisa menggunakan sembarangan,'' kata pria yang baru setahun bertugas itu
7 comments:
Namanya juga WC Umum ...yang jelas pasti diugunakan oleh umum untuk kepentingan umum melakukan yang umum umum...Peace just kidding...
wah pasti fasilitasnya kumplit tuh boz...ada kasur airnya segala...
Waduh... kalau udah "kebelet" dimanapun jadi yah ?! hehehe... Jangankan di wc umum (tempat yang tertutup), direl2 kereta api yg gelap aja ada kok, istilahnya "jualan kambing" :D
hihihihihi geli aku bacanya =)
bangsa kita adalah bangsa yang besar ...
sangat tidak etis ....
walahh berubah fungsi jd tempat esek2. susah juga kalau sudah begitu.
bukAN maenn manusia jaman sekarang...ada ada aza tuh :)
Post a Comment
Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...