JAKARTA - Penyebaran virus influenza A, H1N1 (flu babi), makin tidak terkendali. Setiap hari, pertambahan kasus baru dilaporkan oleh sekitar 20 pasien. Kemarin (14/7) ada 26 kasus baru. Terdiri atas 11 pasien laki-laki dan 15 perempuan.
Sebanyak 26 pasien itu terdiri atas 2 WNA dan 24 WNI. Rinciannya, 16 orang dari Jakarta, Medan 1 orang, Banten 6 orang, Surabaya 1 orang, dan Manado 2 orang. ''Tiga di antara pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri,'' terang Tjandra Yoga Aditama, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes, kemarin. Dua orang baru saja bepergian ke Malaysia dan satu orang ke Australia.
Dengan demikian, kata Tjandra, hingga kemarin secara kumulatif kasus influenza A H1N1 positif di Indonesia mencapai 112 orang, yang terdiri atas 63 laki-laki dan 49 perempuan. Dua kasus positif flu babi berawal pada 24 Juni lalu. Kemudian, peristiwa itu disusul pada 29 Juni (6 kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), dan 13 Juli (22 kasus).
Untuk mencegah penyebaran flu babi di Indonesia, Depkes telah mengambil beberapa upaya antisipatif. Misalnya, pencegahan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) berupa penyiapan radio pratique, thermal scanner, pemberian health alert card kepada penumpang, dan pemeriksaan terhadap pendatang yang dicurigai sebagai suspect.
Selain itu, Depkes telah menyiapkan 100 RS rujukan yang tersebar di seluruh Indonesia. ''Puskesmas juga dikerahkan untuk membantu pencegahan,'' terangnya. Termasuk, melacak orang-orang yang kontak dengan penderita. Diagnosis di laboratorium juga terus dilakukan. Depkes juga rutin berkoordinasi dengan Depkes negara-negara lain. ''Kami terus memantau berapa warga kita yang ada di luar negeri,'' ujar Tjandra.
Pakar flu burung dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Dr C.A. Nidom mengatakan, penyebaran virus H1N1 tidak dapat dicegah. Sebab, virus itu mewabah di seluruh dunia. Karena terus bertambah, Depkes seharusnya menambah laboratorium di berbagai daerah untuk mempercepat pemeriksaan suspect flu babi. ''Sekarang ini pemeriksaan flu babi selalu dibawa ke Balitbangkes. Itu membutuhkan waktu lama. Ketika menunggu hasil pemeriksaan, apa pun bisa terjadi,'' ujarnya. Depkes seharusnya lebih tanggap merespons persebaran H1N1.
Sementara itu, empat di antara 28 anggota rombongan yang baru saja pulang dari Korea Selatan harus menginap di RSU dr Sardjito kemarin (14/7). Mereka diduga suspect virus H1N1 setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit tersebut.
Keempat orang itu adalah dokter. Sehari-hari mereka bertugas di RSU dr Sardjito. Kini mereka harus dirawat di ruang khusus dan dipisahkan dengan lima pasien suspect flu babi yang berada di Ruang Isolasi Kartika.
Sebanyak 32 anggota rombongan dari Jogja, yang terdiri atas dokter dan penata rias serta pelatih vokal, baru saja mengikuti lomba paduan suara di Korea Selatan. Mereka tiba di Indonesia Senin (13/7) melalui Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Karena seluruh penerbangan menuju Jogja penuh, rombongan lantas pulang ke Jogja dengan menyewa sebuah bus. Dikhawatirkan, rombongan itu membawa virus H1N1, mengingat 14 anak anggota grup vokal Elfa Secioria yang juga mengikuti ajang kompetisi di Korsel itu telah dinyatakan positif mengidap flu babi.
Atas koordinasi antara Dinas Kesehatan Provinsi DIJ dan pihak RSU dr Sardito, rombongan tersebut diharuskan melalui pemeriksaan di RSU dr Sardjito begitu tiba di Jogja dan sebelum pulang ke rumah masing-masing. Rombongan yang tiba di Jogja Senin (13/7) malam itu menjalani pemeriksaan hingga pukul 02.00, termasuk seorang sopir dan kernet bus yang membawa mereka dari Bali.
Mereka wajib diperiksa karena diketahui satu pesawat dengan penderita flu babi dari Korea yang dipulangkan ke Indonesia. Dari hasil pemeriksaan tersebut, empat dokter dinyatakan suspect. Mereka menunjukkan gejala yang sama pada penderita flu babi. Awalnya, hanya seorang dokter yang dirawat di ruang khusus tersebut. Tiga lainnya yang dinyatakan suspect diperbolehkan pulang dengan ketentuan menjaga jarak dengan orang lain.
Namun, sebelum sampai di rumah masing-masing, mereka berubah pikiran dan kembali ke RSU dr Sardjito dan minta dirawat. ''Ketika akan bertemu keluarga, mereka malah ragu-ragu dan kembali ke RSU dr Sardjito meminta untuk dirawat khusus,'' ujar Ketua Tim Penanggulangan Flu Burung/Flu Babi RS Sardjito dr Sumardi kemarin (14/7).
Sebelum empat dokter tersebut, di ruang isolasi juga masuk seorang yang diduga suspect flu babi. Dia adalah petugas cleaning service (CS) di RSU dr Sardjito. Dengan demikian, hingga siang kemarin, jumlah pasien suspect H1N1 yang dirawat ada sembilan orang.
Mereka terdiri atas tiga teman pasien pertama yang baru pulang dari California dalam rangka pertukaran pelajar, seorang mahasiswa PTN di Jogja asal Australia, seorang petugas CS, serta empat dokter. Namun, pada sore hari, empat pasien suspect diperbolehkan pulang karena sudah menunjukkan kesembuhan. Total yang masih dirawat di RS Sardjito tinggal lima orang.
Satu Suspect Mati di Bali
Di tempat terpisah, kemarin nyawa seorang suspect flu babi di Bali tak tertolong. Dia adalah montir pesawat Lion Air, Slamet Subagio, 53. Sebelum meninggal, korban sempat ke Singapura. Meski begitu, pihak RS Sanglah belum mau mengatakan penyebab kematian korban.
Mereka masih menunggu hasil Laboratorium Litbangkes untuk memastikan apakah korban positif flu babi atau meninggal karena sakit lain. Berdasar keterangan pihak RS Sanglah, korban berasal dari Sidoarjo dan tinggal di Perumahan Taman Penta, Jimbaran. Dia datang Senin (13/7) dini hari lalu. Saat itu Slamet mengeluh sakit, kemudian keluarga mengajaknya ke RS Kasih Ibu.
Karena kondisi tidak bagus dan jantungnya berdegup sangat kencang, RS Kasih Ibu tidak berani mengambil tindakan. Slamet dirujuk ke RS Sanglah. Masuk IRD RS Sanglah pukul 04.00, korban langsung mendapat penanganan cukup lama. Tapi, keluarga tidak menjelaskan bahwa korban sempat masuk Singapura. Baru sekitar pukul 07.00 Wita istri korban, Ely Renata, menyampaikan bahwa suaminya baru Kamis lalu (9/7) datang dari Singapura.
Sontak petugas terkejut karena Singapura adalah negara yang sudah pandemi flu babi. Bahkan, semua petugas langsung menggunakan masker dan perlengkapan standar penanganan flu babi. ''Petugas UGD-nya (IRD) terkejut. Mereka tidak tahu, suami saya sempat ke Singapura. Setelah itu baru mendapat tindakan untuk isolasi," ujar Ely Renata.
Ketika dirawat di sal Nusa Indah atau isolasi flu babi, kondisi Slamet semakin parah. Pukul 09.00 Wita Slamet mengembuskan napas terakhir
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...