Tuesday, June 23, 2009

Semburan Lumpur dari Sumur di Serang




BAROS - Fenomena luberan lumpur mirip yang di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, terjadi di Kampung Astana Agung, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, Serang, Sabtu lalu (20/6). Semburan Lumpur itu muncul dari sumur di gedung poskesdes (pos kesehatan desa) yang sedang dibangun.


Semburan awal terjadi sekitar pukul 04.15, setelah ledakan, berupa pasir setinggi 20 meter. Selanjutnya, semburan itu disertai keluarnya gas metan.

Berdasar kesaksian warga sekitar, ledakan itu terdengar hingga radius 1 kilometer. Warga memastikan bahwa ledakan bersumber dari sumur bor sedalam 75 meter yang belum selesai dikerjakan. Pengeboran pun dihentikan.

Sampai Minggu siang kemarin (21/6), semburan masih terus berlangsung. Hanya, ketinggiannya sudah berkurang, menjadi hanya sekitar setengah meter. Meski begitu, pasir yang tersembur dari sumur tersebut sudah menutup area pertanian seluas 3 hektare dengan kedalaman pasir mencapai 50 sentimeter. ''Semburannya berkurang, namun airnya terus saja keluar,'' ungkap Mansyur, ketua RT 01/01, Kampung Astana Agung, saat ditemui Radar Banten (Jawa Pos Group).

Mansyur menjelaskan bahwa sebenarnya ada dua titik pengeboran di lokasi itu. Jarak kedua titik 3 meter. Pengeboran pertama sudah mencapai kedalaman 104 meter.

Namun, air yang keluar kotor. Karena itu, dilakukan pengeboran di titik kedua. ''Saat pengeboran sampai pada kedalaman 75 meter, keluar semburan pasir tadi,'' tambahnya.

Gas metan sebenarnya juga keluar di pengeboran pertama. Tapi, menurut tukang bor, itu disengaja agar di titik pengeboran kedua air tidak bercampur gas tadi. ''Makanya, sumur pertama dipasangi pipa pembuangan gas,'' ungkap Mansyur.

Parahnya, ketika ledakan terjadi di sumur kedua yang selanjutnya menyemburkan pasir, sumur pertama mengeluarkan semburan yang sama. ''Kayaknya, kedua sumur sudah jadi satu lubang karena jaraknya memang berdekatan,'' imbuh Mansyur.

Kepala Bidang Pertambangan dan Geologi Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Banten Eko Palmadi menyatakan bahwa daerah Serang Utara memang menyimpan kandungan gas metan. Itu terjadi karena wilayah tersebut sebelumnya adalah rawa. ''Urukan di rawa itulah yang menjadikan kantong gas metan tersebut. Semburan seperti ini juga pernah terjadi di Kecamatan Pontang,'' ujarnya.

Disinggung upaya untuk menanggulangi semburan, Eko menjelaskan, air laut harus surut dulu. Sangat sulit menutup sumber keluarnya air jika masih terjadi semburan. "Upaya pertama yang mungkin akan kami lakukan adalah meninggikan cerobong gas agar gas metan tidak membahayakan warga. Sebab, gas metan selain mudah terbakar juga bisa membuat sesak napa

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...

PageRank 100 Blog Indonesia Terbaik
Widget edited by kanigoropagelaran
top