Monday, March 16, 2009

Ponari Ogah-ogahan Lakukan Pengobatan




JOMBANG - Pembukaan lagi praktik celup batu oleh bocah Ponari mulai didatangi pengunjung. Namun, jumlahnya menurun drastis dibanding sebelum ditutup lama sebulan lalu.
Selain itu, dalam melakukan pengobatan, anak pasangan Kamsin dan Mukaromah itu semakin terkesan ogah-ogahan. Mungkin karena kecapekan dan sudah malas melayani, Ponari mengobati sambil tiduran.

Dia sudah tidak digendong seperti sebelumnya. Tetapi, panitia menyediakan meja dengan bantal untuk tidur Ponari. Sedangkan pasien yang sudah berjajar langsung menghampiri. Seorang panitia pun memegangi tangan Ponari beserta batunya, untuk dicelupkan ke setiap wadah pengunjung.

Seraya tangan kanannya ''mengobati" pasien, mata Ponari pun terpejam. Seakan-akan dia masih mengantuk dan ingin bersantai. Kadang tangan kirinya menggenggam HP kesayangannya untuk main game.

Pada Minggu (15/3) pagi, panitia memutuskan membuka praktik pukul 07.00. Itu karena sejak malam sudah terjadi penumpukan pengunjung di depan rumah Ponari. ''Ketika Ponari masih tidur, pasien semakin banyak berdatangan. Daripada terjadi penumpukan massa, akhirnya kami memutuskan membuka pengobatan,'' ungkap Muhammad Anang, ketua tim panitia, ketika ditemui di lokasi pengobatan kemarin siang (15/3).

Anang membenarkan bahwa jumlah pengunjung berkurang drastis. Pada sesi pagi, pukul 07.00 sampai pukul 11.00, panitia bisa melayani 1.200 pengunjung. Sedangkan pada sore hari, antara pukul 14.00 sampai pukul 16.00, hanya sekitar 400 orang yang minta ''pengobatan".

Anang tidak tahu penyebab penurunan jumlah pengunjung itu. Apakah karena sudah banyak yang meragukan khasiat batu Ponari, ataukah memang belum banyak yang tahu bahwa praktik ini dibuka kembali. ''Yang jelas, kami hanya bertugas mengamankan dan melayani pengobatan dengan aman dan tanpa risiko," ujarnya. Beberapa warga di sekitar praktik Ponari mengatakan, pengunjung menurun karena ada kepercayaan khasiat batu yang ditemukan Ponari sudah luntur.

Praktik pengobatan Ponari dimulai pada 17 Januari 2009 dan langsung muncul berbagai dampak. Di antaranya jatuhnya korban tewas empat orang. Setelah kontroversi panjang, polisi akhirnya bertindak tegas dengan menutup praktik itu sejak 25 Februari. Saat itu polisi berkilah penutupan atas permintaan keluarga Ponari karena mereka ingin hidup tenang.Pada 1 Maret lalu, karena ribuan calon pasien tetap mengalir ke dusun tempat tinggal Ponari, ratusan personel polisi dikerahkan untuk menghalau mereka. Bahkan, polisi menyisir setiap rumah. Sayang, saat keluarga nekat membuka lagi praktik dua hari lalu, tindakan tegas polisi tidak terlihat lagi.

Dokter Kecewa

Pembukaan kembali praktik celup batu oleh Ponari membuat kecewa kalangan dokter dan praktisi medis. Selama ini, melalui Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jombang dan Muspida, para dokter sudah berupaya menyadarkan masyarakat bahwa keberadaan praktik Ponari lebih banyak dampak buruknya daripada manfaatnya. Namun, dengan dibukanya lagi praktik Ponari oleh keluarga, upaya itu seakan sia-sia.

Dokter Puji Umbaran, ketua IDI Jombang, mengatakan kecewa karena keluarga Ponari masih bersikukuh membuka lagi praktik dengan menyewa pengacara yang juga calon legislatif (caleg). Karena tidak mau represif, Muspida dan IDI akhirnya tidak bisa berbuat banyak melawan kengototan keluarga Ponari.

Yang bisa dilakukan IDI, lanjut dokter Puji, adalah menyadarkan masyarakat secara persuasif. Misalnya, melibatkan para kiai dan tokoh masyarakat desa setempat. ''Kami ingin membuka mata masyarakat, siapa yang sebenarnya berkompeten memberikan pengobatan," ungkap dr Puji kepada Radar Mojokerto kemarin.

Jika cara itu sudah tidak mempan, dokter-dokter siap menguji kemampuan Ponari. Tujuannya untuk membuktikan siapa yang benar-benar berkompeten menyembuhkan. Apakah ilmu dan pengalaman dokter, ataukah batu temuan bocah kelas III SD itu. ''Wacana ini sebagai upaya terakhir dan kami siap jika Muspida memfasilitasinya," ujar dr Puji.

Jika wacana ini benar-benar direalisasikan, jelas dr Puji, teknisnya adalah memilih sejumlah pasien dengan penyakit tertentu. Jika kubu Ponari setuju, si bocah akan dibawa ke Bapelkes RSD Jombang.

Di sanalah Ponari diminta mengobati pasien, sementara tim dokter juga mengobati pasien lain dengan sakit yang sama. Selanjutnya, masyarakat bisa membuktikan pasien siapa yang akan sembuh. Jika memang pasien Ponari sembuh, lanjut dr Puji, tidak ada masalah. Yang terpenting, agar masyarakat mengerti, apakah Ponari benar-benar bisa menyembuhkan penyakit. ''Itulah tujuannya, agar masyarakat bisa mengambil kesimpulan dengan seyakin-yakinnya," ungkap dr Puji

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...

PageRank 100 Blog Indonesia Terbaik
Widget edited by kanigoropagelaran
top