Friday, February 6, 2009

Dokter Salah Operasi Dinonaktifkan

BANGKALAN - Tuntutan warga kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan, yang meminta agar dokter spesialis bedah RSA Ratu Ibu, dr Totok Suhartojo SpB untuk dinonaktifkan, akhirnya menjadi kenyataan. Terhitung sejak hari ini, satu-satunya dokter spesialis bedah di Bangkalan tersebut sudah dinyatakan nonaktif.


Keputusan untuk menonaktifkan dr Totok, demikian sering disebut, dilalui dalam proses yang cukup alot yakni dengan terlebih dulu digelar rapat koordinasi jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan, bertempat di aula Dipenogoro, Jalan Soekarno-Hatta, Jumat (6/2/2009).

Rapat yang dipimpin langsung oleh Bupati RKH Fuad Amin, serta diikuti oleh pejabat teras di antaranya, wakil bupati, KH Syafik Rofii, sekretaris daerah Sudarmawan, dan beberapa asisten, akhirnya bersepakat untuk menonaktifkan dr Totok.

Adapun salah satu alasannya, yang bersangkutan sering melakukan kesalahan secara medis hingga berakibat fatal yakni menyebabkan kematian terhadap pasien, termasuk salah satunya pasien penderita penyakit fistola trianal atas nama Hori Afi, warga Desa Kombangan, Kecamatan Geger Bangkalan.

"Dalam catatan yang diterima oleh kami, yang bersangkutan (dr Totok) telah melakukan kesalahan fatal hingga menyebabkan 8 pasien meninggal dunia dalam kurun waktu 3 tahun terakhir," ujar Wakil Bupati Bangkalan, KH Syafik Rofii, ditemui usai rapat koordinasi.

Berdasar dari data dan fakta yang ada, akhirnya Syafik menyimpulkan bahwa dokter tersebut tidak layak untuk dipertahankan di kabupaten Bangkalan. Pasalnya, bila spesialis bedah itu tetap dipertahankan, pihaknya merasa khawatir massa akan bertindak lebih anarkistis.

Di sisi lain, dia mengaku keputusan tersebut merupakan langkah antisipatif guna menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak, yang diakibatkan oleh kesalahan secara terus menerus.

Syafik berjanji, dalam waktu dekat akan segera mengirim surat pernyataan nonaktif tersebut kepada menteri kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari, termasuk meminta agar dikirim dokter spesialis bedah dan spesialis anastase untuk RSA Ratu Ibu Bangkalan.

"Pasca dinonaktifkan dr Totok dari jabatannya tidak ada lagi dokter spesialis bedah. Itu juga akan kami utarakan pada Menteri Kesehatan," tambahnya.

Syafik menambahkan, selain menonaktifkan dr Totok, secara otomatis pemkab juga telah menutup tempat praktik milik dr Totok yang didirikan bersama dengan dokter lain, tepatnya di Jalan RE Martadinata, kecamatan Kota Bangkalan.

Alasan penutupan klinik tersebut, juga diperkuat dengan tidak adanya surat izin mendirikan bangunan (IMB) seperti dalam Perda nomor 16 tahun 2008.

"Klinik ini izinnya sudah kedaluwarsa sehingga tidak diperpanjang lagi. Di sisi lain juga meresahkan masyarakat, sehingga lebih baik ditutup saja," ucap Syafik yang juga mantan ketua DPRD Bangkalan ini.

Terpisah, Facrillah, salah satu kerabat dari Hori Afi yang meninggal akibat dugaan malapraktik dr Totok, menyambut baik adanya keputusan bijak yang telah dikeluarkan oleh jajaran pemkab tersebut.

Namun, di sisi lain dia masih meminta agar pihak kepolisian mengusut tuntas kasus yang telah menyebabkan nyawa warga asal desa Kombangan, Kecamatan Geger meninggal dunia.

"Soalnya ada indikasi kuat yang mengarah pada kelalaian, hingga menyebabkan nyawa saudara kami meninggal. Unsur pidananya ada, sehingga polisi wajib turun tangan," katanya

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...

PageRank 100 Blog Indonesia Terbaik
Widget edited by kanigoropagelaran
top