Friday, June 26, 2009

Pulau Bali Rawan Penyebaran Virus Flu Babi



DENPASAR - Serangan virus flu babi di tanah air semakin sulit dibendung. Pulau Bali, tampaknya, menjadi sasaran utama virus H1N1 di Indonesia. Buktinya, setelah RS Sanglah mengisolasi dua pasien asing asal Australia -yang satu positif dan seorang lagi berstatus suspect influenza A (H1N1)- kemarin rumah sakit rujukan terbesar di Bali-Nusa Tenggara itu kembali kedatangan tujuh warga Australia.


Namun, di antara tujuh orang yang menjalani pemeriksaan dan screening di ruang isolasi Nusa Indah, hanya dua yang dinyatakan suspect H1N1 (selengkapnya lihat grafis). Kini mereka mendapat penanganan ekstra dari para medis. Tim dokter penanganan flu A (H1N1) dr Agus Somia SpPD menyebutkan, ketujuh warga asing itu diperkirakan sama-sama menumpang pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 719 bersama pasien sebelumnya (Bobbie Masoner, 22, dan George Coltman, 14).

Dengan kedatangan pasien baru asal Negeri Kanguru pukul 14.58 kemarin, saat ini RS Sanglah mengisolasi empat pasien H1N1. Seorang positif dan tiga di antaranya masih suspect. Sebelumnya, khusus WNI, empat orang positif flu babi di luar negeri. Yakni, tiga orang di Singapura dan satu WNI tinggal di Australia. Dua orang diduga mengidap virus H1N1 di Tiongkok, yakni satu petugas Depkes di Beijing dan satu orang di Makau.

Kepala Bidang Pelayanan Medik RS Sanglah dr Gusti Lanang Suartana menjelaskan, kedua pasien ''kloter" pertama sudah membaik. ''Khusus pasien Bobbie, diperkirakan bisa meninggalkan rumah sakit 1-2 hari ke depan. Bobbie sudah tujuh hari dirawat sejak mengalami gejala flu dan menjalani isolasi di RS," jelasnya.

Dengan kemungkinan bertambahnya pasien flu babi, lanjutnya, RS Sanglah akan menambah ruang isolasi. ''Mungkin kita bisa menampung hingga maksimum 23 pasien. Jika kejadian pasien masal, RSUD Tabanan dan Gianyar bisa dijadikan alternatif rujukan," sebut Suartana.

Terkait kondisi dua pasien baru suspect flu A (H1N1), yakni Tayla Marlo, 14, dan James Antonuccio, 10, yang sama-sama menginap di Sofitel Seminyak, Bali, ada gejala klinis menderita panas, batuk, dan pilek. Namun, pihak rumah sakit telah melakukan pengobatan dan mengambil sampel, lalu mengirimkannya ke Litbangkes.

Gara-gara tambahan empat pasien H1N1, RS Sanglah harus mengevakuasi belasan pasien ke sal lain. Sebelumnya, sejak kedatangan Bobbie Masoner, pihak RS mengevakuasi 11 pasien ke sal Nusa Indah. Menurut Suartana, ke-11 pasien itu dipindah ke ruang Lely, ruang Angsoka I, dan Angsoka II. Sebagian lagi dipindah ke ruang Bakung Barat.

Bahkan, kemarin di luar kasus flu A (H1N1), seorang warga asing asal Inggris, Alexandra Honour, 32, juga menjalani perawatan di kamar Jepun Bali, Paviliun Wings Internasional. Turis wanita yang diketahui menginap di Hotel Melia Benoa itu dirujuk ke RS Sanglah setelah didiagnosis menderita influenza. Namun, tidak dijelaskan apakah pasien mengarah ke H1N1.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar kelabakan dengan tambahan suspect flu babi itu. Ketua KKP Kelas I Denpasar dr Nyoman Murtiyasa mengaku akan lebih memperketat pengawasan, khususnya bagi tamu asing yang baru datang dari Australia. ''Ya, daerah tersebut sudah terkonfirmasi sebagai pandemik virus H1N1," terangnya.

Selain mengaktifkan kembali alat thermal scanner di Bandara Ngurah Rai, pihaknya memaksimalkan petugas kesehatan. ''Kami sudah menyiapkan 60 petugas yang terbagi dalam tiga jadwal, lengkap dengan alat pelindung diri," paparnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali dr Nyoman Sutedja MPH menyatakan terus mengidentifikasi para penumpang. Termasuk 45 penumpang GA 719 rute Victoria-Bali yang saat ini berada di Bali. Diskes juga mengumpulkan para petugas klinik agar lebih waspada terhadap tamu asing.

''Bagi wisman yang suhunya terdeteksi di atas 37,8 derajat Celsius, petugas diharapkan langsung membawanya ke puskesmas untuk mendapatkan tamiflu," sarannya.

Pihaknya juga menyiapkan 54 ribu kapsul tamiflu. Kapsul itu disebar ke semua kabupaten/kota, termasuk KKP dan RS Sanglah. Masing-masing menerima 3.500 tablet.

Selain pengawasan terhadap wisman, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Disnakanlut) Denpasar di Jalan Keresek Sidakarya juga turun ke lapangan untuk menyemprot babi milik masyarakat. ''Sebenarnya sudah rutin (penyemprotan, Red). Tapi, sekarang lebih kami intensifkan pascakasus positif flu babi di RS Sanglah," papar Kadisnakanlut Denpasar Dewa Made Ngurah.

Disnakanlut Denpasar juga mendapat gelontoran desinfektan dan masker dari Dinas Peternakan Bali. ''Setiap ada kiriman babi yang masuk RPH, langsung kami semprot dengan desinfektan. Baik itu ternaknya, mobil pengangkut, maupun pengemudi," jelas Dewa Ngurah.

Tinggal Menunggu Waktu

Menyebarnya virus influenza A (H1N1) ke Indonesia tinggal menunggu waktu. Hal itu diungkapkan Ketua Laboratorium Flu Burung Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr drh Chairul Anwar Nidom. Kendati demikian, kata Nidom, pemerintah maupun masyarakat tak perlu terlalu merisaukan persebaran virus itu di Indonesia.

''Malaysia, Singapura, dan Filipina saja sudah kena. Indonesia pun demikian, tinggal menunggu waktu. Ini sudah sunatullah, seberapa tangguhnya sih kita menangkal masuknya virus itu di negara ini,'' ujarnya kemarin.

Nidom mengimbau pemerintah maupun masyarakat agar tak terlalu panik. Sebab, berdasarkan uji penelitian yang dilakukan laboratorium Unair, virus H1N1 tidak seganas H3N2 (seasonal flu). Hanya, tingkat persebaran virus H1N1 lebih masif dan cepat.

Karena itu, menurut Nidom, pemerintah tak perlu terlalu berkutat mencegah masuknya virus tersebut di Indonesia. ''Cepat atau lambat pasti terjadi,'' ujarnya. Yang harus diperhatikan pemerintah saat ini adalah mencegah berkoalisinya virus H1N1 dan H5N1.

Menurut Nidom, koalisi kedua virus itu bakal berdampak buruk terhadap kesehatan. Pertemuan kedua virus itu akan menghasilkan 60 varian virus baru. Padahal, karakteristik H5N1 bersifat ganas, sedangkan H1N1 persebarannya cepat. ''Kalau hanya H1N1, morbiditas (angka kesakitannya, Red) tidak begitu tinggi. Tapi, jika keduanya bergabung, dampaknya cukup besar terhadap kesehatan,'' cetusnya.

Indonesia, kata dia, patut mewaspadai terjadinya hal itu. Pasalnya, Indonesia telah memiliki syarat cukup kuat untuk bertemunya dua varian virus tersebut. Yakni, masih adanya virus H5N1. Ini disebabkan pemerintah tidak pernah tuntas mengatasi flu burung. Syarat itu tidak dimiliki negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, maupun Jepang. ''Karena itu, mereka tidak perlu khawatir seperti Indonesia. Sebab, mereka tak memiliki sejarah flu burung seperti negara kita,'' jelasnya.

Nidom menambahkan, ada beberapa syarat bertemunya H1N1 dan H5N1. Pertama, ada koalisi varian dua virus tersebut. Nah, kata Nidom, berkoalisinya dua virus itu bisa terjadi di tubuh babi. Koalisi di tubuh manusia juga bisa terjadi kendati probabilitasnya lebih rendah. ''Kemungkinannya tidak setinggi di tubuh babi, meski keduanya sama-sama memiliki reseptor,'' tuturnya. Sementara, unggas tidak memiliki medium yang efektif untuk dimasuki virus tersebut.

Pemerintah harus mencegah kemungkinan koalisi virus tersebut sejak awal. Pertama, membenahi penataan sistem peternakan di Indonesia. ''Pemerintah tak pernah tuntas menyelesaikan persoalan ini.'' cetusnya. Padahal, penataan sistem peternakan berdampak terhadap persebaran virus H5N1.

Kedua, perintah harus memikirkan regionalisasi pemeriksaan virus. Selama ini hasil pemeriksaan seseorang yang diduga terkena virus H1N1 maupun H5N1 selalu dilakukan Balitbangkes Depkes. Termasuk, penetapan status pasien positif dan tidaknya terkena virus H1N1 atau H5N1.

Seharusnya, kata Nidom, di setiap daerah didirikan laboratorium pemeriksaan. Dengan demikian, bila sewaktu-waktu ada yang terkena virus tersebut dapat dilakukan pemeriksaan secara cepat dan hasilnya bisa diketahui. ''Saya sudah sering mengusulkan masalah ini,'' kata Nidom. Menurut dia, hal itu penting untuk mencegah penyebaran virus tersebut secara masif.

Ketiga, Depkes bisa memetakan daerah mana saja yang merupakan hot spot virus H5N1. ''Dengan demikian, bisa dilakukan surveillance dan pencegahan agar H1N1 tidak masuk ke daerah-daerah tersebut,'' ujarnya.

Saat ini, kata Nidom, Jabotabek masih merupakan daerah hot spot H5N1. Karena itu, pemerintah harus mengantisipasinya sejak dini. ''Bagaimana memperlakukan daerah itu dibanding daerah lain,'' ungkapnya. Apalagi, Jakarta dan sekitarnya dinilai merupakan tempat berkumpulnya spesimen virus yang dikirimkan dari berbagai daerah.

Sementara itu, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Depkes Tjandra Yoga mengkhawatirkan tingginya kunjungan turis ke Bali berdampak terhadap persebaran H1N1. Kendati demikian, Depkes merasa belum perlu membatasi jumlah wisatawan yang datang. ''Kita tidak bisa mencegah atau melarang hal itu,'' ujar Tjandra. Toh, kata dia, di bandara sudah tersedia thermo scaner. ''Kita perketat pemeriksaan dengan alat itu,'' ujarnya.

Di samping itu, pengunjung dari negara yang terkontaminasi virus tersebut telah diberi health alert card. Begitu menunjukkan gejala terkena virus influenza A baru (H1N1), mereka segera dirujuk ke RS Sanglah.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...

PageRank 100 Blog Indonesia Terbaik
Widget edited by kanigoropagelaran
top