Friday, May 22, 2009

Jenazah Kapten Pom Heri Kasmiyadi Jadi ''Saksi'' Pernikahan sang Putri



Tangerang;Berniat mengabarkan rencana pernikahan anaknya, Kapten Pom Heri Kasmiyadi Waluyo tewas sebelum misinya terlaksana. Dia ikut menjadi korban Hercules C-130 di Magetan, Jatim. Karena itu, begitu jenazah tiba, sang putri Ria Heriyati langsung dinikahkan di depan peti matinya.






''Bapak..., minta restunya, ya. Bapak..., minta restunya, ya.'' Kalimat itu terus-menerus terucap lirih dari bibir Ria Heriyati, 26, di atas pusara ayahnya, Kapten Pom Heri Kasmiyadi Waluyo. Sang suami, Anshor, takzim berjongkok di sampingnya.

Sambil memegang papan kayu penanda makam sang ayah, air mata Ria merembes tak habis-habis. Anshor tak banyak bicara, namun terus menemani sanga istri.

Satu jam sebelum jasad Heri sampai di pemakaman TPU Bahagia, Ciledug, Tangerang, Ria sempat dinikahkan dengan Anshor di rumah dinas Jalan Dirgantara, Kompleks Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Ria dan Anshor mengucap ijab Kabul di depan peti mati sang ayah yang ikut tewas dalam kecelakaan Hercules di Magetan, Jatim.

Meski hanya dalam peti mati, ayahnya menjadi ''saksi'' akad nikah itu. ''Acaranya lancar. Hanya setengah jam,'' ujar Redjomulyo, paman Heri yang mengantar di pemakaman.

Menurut Redjo, Heri yang berusia 52 tahun memang berniat menikahkan Ria November nanti. ''Tapi, begitu terjadi kecelakaan, keluarga memutuskan untuk disegerakan akad nikahnya,'' katanya.

Pria yang tinggal di Jogjakarta itu menceritakan, sebelum berangkat terbang pada Rabu pagi (20/05), Heri sempat menghubungi keluarga. ''Dia bilang sedang ada dinas ke Magetan, sekalian akan mengabarkan soal rencana pernikahan putri pertamanya itu,'' katanya.

Heri berencana turun di Lanud Iswahjudi, Magetan. Lalu, dia akan menuju Surabaya. ''Ada beberapa saudara yang tinggal di sana. Lalu, juga akan mampir ke Jogjakarta,'' katanya.

Namun, musibah datang sebelum semua rencana itu terlaksana. ''Adik Heri, namanya Budi, juga dinas di TNI-AU di Bandung. Dia yang pertama mengabari,'' katanya.

Ria sempat shock dan histeris mendengar kabar itu. ''Setelah tenang, keluarga memutuskan akad nikah disegerakan,'' katanya.

Sebagai wali dalam pernikahan itu adik Ria, Arif. Saksinya, Budi dan seorang dari kerabat besan. ''Mas kawinnya seperangkat alat salat,'' katanya.

Anshor sendiri tampak tegar saat mengucap ijab kabul di depan peti mati mertuanya. ''Lancar, dalam satu tarikan napas,'' kata Redjo.

Saat ijab kabul diucapkan, Ria menangis keras. ''Tapi tidak lama, bisa ditenangkan oleh ibu dan saudara-saudaranya,'' ujarnya.

Anshor adalah seorang pegawai Pertamina yang tinggal di Rawamangun, Jakarta Timur. Pemuda 27 tahun itu kemarin menolak halus saat Jawa Pos akan mewawancarai. ''Maaf, saya mau berdoa dulu,'' kata pemuda yang kemarin mengenakan baju koko berlambang majelis zikir SBY Nurussalam itu.

Menurut Redjo, Heri sangat bersemangat ingin menikahkan putrinya. Sebelum berangkat pagi itu, dia sempat bepamitan kepada Redjo. ''Aku arep ngunduh mantu Lik...(Saya akan menikahkan anak, Om..., Red). Kewajiban orang tua itu tuntas kalau sudah bisa ngunduh mantu,'' kata Redjo menirukan telepon dari Heri sebelum kecelakaan terjadi.

Selama 45 menit, sejak pukul 11.15, Ria tak beranjak dari makam sang ayah. Dia juga menggeleng saat wartawan hendak meminta wawancara. ''Tolong ya, Mas, kami sedang bersedih. Jangan diganggu dulu,'' kata sang suami, Anshor.

Kesedihan juga merebak di keluarga pilot Hercules Mayor Danu Setiawan. Di baris kedua di tanah makam yang masih basah itu terlihat sejumlah orang yang khusyuk berdoa di atas pusara. Di situlah perwira kelahiran 1974 itu beristirahat selama-lamanya.

Sejumlah mantan tetangganya yang pernah tinggal di Perumnas Depok II juga turut mengantar kepergian Danu. Mereka masih mengingat kedatangan Danu sebulan lalu. Meski sudah lama berpindah alamat di Kompleks Halim, Danu masih menyempatkan diri mengunjungi mantan tetangga-tetangganya.

Di atas pusara, istri Danu, Pamela, tampak terpaku. Wajahnya kusut, matanya sembab. Di sampingnya, anak pertamanya, Arya Dewangga, 4, berusaha menenangkan perasaan ibunya. ''Mas kuat Ma..., tenang, Mas kuat Ma...,'' kata Arya polos. Ibunya yang berdiri di sebelahnya membalas polah anaknya itu. Berkali-kali wanita 30 tahun itu mengelus rambut anaknya. ''Tenang ya Mas, tenang....,'' ucapnya. Adik Arya, Alissa, juga tak menangis. Balita tiga tahun itu malah asyik memainkan botol air minum mineral di gendongan seorang perwira kolega Danu.

Pamela seperti tak mau beranjak dari pusara suaminya. Dia terus berdoa di peristirahatan terkahir suaminya itu. ''Waktu mau berangkat, dia (Danu) mengucapkan sayang kepada saya,'' tuturnya. Namun, dia mengatakan tak mendapatkan firasat apa pun terkait kepergian suaminya itu.

Sebelum prosesi pemakaman militer tersebut, Wapres Jusuf Kalla juga menyempatkan melayat ke rumah Danu Setyawan di Jalan Rajawali, Kompleks TNI-AU Halim Perdanakusuma. JK melayat ke rumah pilot Danu sebelum kunjungan kerja ke Jawa Tengah.

Kehilangan Anak dan Cucu

Musibah jatuhnya pesawat Hercules di Magetan menyisakan luka mendalam bagi keluarga pasangan Muhyin Efendi dan Endang Sulisminingsih. Sebab, tragedi itu menyebabkan mereka kehilangan anak dan cucunya, Lemy Muhandiningrum, 33, dan Ardhya Bagus Rochman Mochendra, 8.

Dua cucu Muhyin yang lain juga menjadi korban dan mengalami luka serius. Mereka adalah Anggun Putri Auria Rochmaningrum, 4, dan Angga Buana Kusuma Dirgantara, 14 bulan. Keduanya kini dirawat di RSUD dr Soedono, Madiun.

''Mau bagaimana lagi. Ditangisi, semua tidak akan kembali,'' ucap Muhyin dengan kalimat terbata-bata saat ditemui di rumahnya, Desa Malang, Maospati, Magetan, kemarin.

Jika Muhyin tampak tegar, tidak demikian halnya dengan sang istri. Wanita paro abad lebih itu tak kuat menahan tangis.

Sejak awal musibah terjadi, keluarga Muhyin memang terus berusaha tabah. Namun, ketika melihat tayangan televisi, tangis mereka sering pecah. ''Gambarnya begitu jelas. Bagaimana pesawatnya hancur. Kami membayangkan bagaimana kondisi anak dan cucu kami saat itu,'' ungkapnya.

Kabar jatuhnya pesawat Hercules bak petir di siang bolong bagi Muhyin dan Endang. Sebab, rencananya, Lemy hendak berbagi kebahagiaan dengan keluarga. Namun, yang datang justru berita duka. ''Mereka mau liburan. Anak saya memang biasa pulang ke sini naik Hercules. Selama ini nggak ada masalah. Tapi, kami terus berusaha tegar,'' ucap Endang yang kemarin mengenakan jilbab merah.

Ibu tujuh anak itu masih terkenang komunikasi terakhir dengan sang anak, Lemy. Ketika hendak berangkat dari Jakarta ke Magetan, Lemy meminta untuk dijemput di Lanud Iswahyudi. Dia ingin membawa anak-anaknya berlibur ke Magetan. ''Dia menelepon pukul 04.50,'' ujarnya.

Asep Dedi Rochman Suharna juga mengalami guncangan hebat atas kematian Lemy dan Ardhya. Sebab, selama ini keduanya yang mengisi hari-hari anggota TNI-AU itu. Asep adalah suami Lemy sekaligus ayah Ardhya.

Apalagi, dialah orang yang terakhir bertemu dengan korban sebelum meninggal. Ketika hendak berangkat melalui Bandara Halim Perdanakusuma, Asep mengantarkan sang istri dan ketiga anaknya dengan bus.

Ketika hendak naik pesawat, Lemy mencium tangannya. Kemudian, sang istri berpesan agar Asep menghubungi orang tuanya di Magetan. ''Yah... telepon ibu ya?'' ucap Asep menirukan kata-kata terakhir sang istri.

Dua jam setelah mengantarkan sang istri, Asep mengalami kecemasan yang luar biasa. Ketika menghidupkan handy talkie (HT)-nya, dia mendengar pesawat Hercules jatuh di Magetan. Dia lantas bertanya kepada kesatuannya, TNI-AU. ''Ternyata yang jatuh adalah pesawat yang ditumpangi istri dan anak saya,'' kata Asep.

Musnah sudah kebagiaan yang dibinanya selama sembilan tahun dengan sang istri. Semua menjadi kenangan. ''Sebelum meninggal, malam harinya kami bercanda terus. Ternyata keesokannya pesawatnya jatuh,'' ujarnya sambil memegang foto istri dan anaknya.

Asep juga terkenang sang putra sulung Ardhya yang selama ini begitu senang dengan pesawat. Namun, burung besi itu juga yang menjadi penyebab kematian buah hatinya. ''Ada satu keinginan Ardhya yang belum terkabul. Dia ingin dibelikan PlayStation 2,'' ucap Asep dengan tubuh belepotan lumpur setelah memakamkan istri dan anaknya.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...

PageRank 100 Blog Indonesia Terbaik
Widget edited by kanigoropagelaran
top