Sunday, March 29, 2009

Korban Tanggul Yang Jebol Mendekati 100 Orang



TANGERANG - Departemen Pekerjaan Umum (PU) tidak akan menambal tanggul Situ Gintung di Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, yang jebol Jumat (27/3) dini hari. Setelah melakukan evaluasi dengan pihak terkait, Departemen PU memutuskan membuat saluran darurat untuk mengalirkan air hujan dan sisa tampungan di situ (danau) berkapasitas 1,5 juta meterkubik itu ke sungai terdekat, Kali Pesanggrahan.


Direktur Sungai, Danau, dan Waduk Departemen PU Widagdo mengatakan, langkah tanggap darurat itu untuk meminimalkan dampak jebolnya saluran pelimpahan air Situ Gintung. "Kami memutuskan perlu membuat saluran sepanjang dua hingga tiga kilometer menuju sungai terdekat, yakni Pesanggrahan," katanya.

Widagdo menjelaskan, sebetulnya saluran pembuangan air itu sudah ada. Namun, karena tidak pernah diawasi dan diperlihara, banyak bangunan dan rumah yang menutupinya, sehingga dangkal dan tidak berfungsi. Dengan demikian, langkah darurat PU itu hanya memfungsikan kembali saluran pembuangan yang sudah berumur 76 tahun itu. "Sisi saluran itu diperkeras dengan batu bronjong atau bahan lain," ujarnya. Pembuatan saluran air itu baru dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Namun, Widagdo belum bisa memastikan berapa lama waktu pembuatannya.

Dia menyatakan tidak akan menambal kebocoran waduk dengan membangun dinding. Sebabnya, aliran air akan tertahan dan mendorong tanggul sisi lain waduk yang tak rusak. "Justru jika ditambal, berbahaya. Air kan cenderung mencari jalan lain, sementara debitnya tak berkurang. Itulah sebabnya, tindakan yang bisa dilakukan ialah mengalirkan air ke tempat yang aman," ujarnya.

Jebolnya jalur muntahan di Situ Gintung, menurut Widagdo, disebabkan tingginya tekanan air setelah hujan deras di kawasan itu. Curah hujan tinggi membuat tekanan air menjadi besar dan mendorong retaknya dinding tanah.

Setelah langkah darurat selesai, Widagdo menyatakan segera mengambil langkah permanen berupa perbaikan waduk. Saat ini Departemen PU merancang desain jalur muntahan baru yang mampu menampung air hingga 1,5 juta kubik atau setara kapasitas sekarang. Selain itu, ada kemungkinan membuat jalur muntahan baru di waduk tersebut. "Spillway lama rusak berat karena terjadi gerusan hingga dasar waduk atau setinggi enam meter," ujarnya.

Hingga saat ini Departemen PU masih memikirkan konstruksi yang cocok untuk pembangunan baru tersebut. Selain itu, masih perlu dilakukan analisis fotografi dan konsultasi dengan pihak terkait. "Butuh waktu sekitar enam bulan untuk itu," kata Widagdo.

Mengenai sumber anggaran penanganan Situ Gintung, baik untuk langkah tanggap darurat ataupun permanen, Widagdo mengatakan diambilkan dari daftar isian pelaksanaan anggaran 2009. "Jika tidak ada posnya, bisa dialihkan dari pos lain."

Cek Waduk Se-Indonesia

Pada bagian lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta daya tampung dan daya bendung waduk-waduk atau tanggul di seluruh Indonesia ditinjau ulang. Pengecekan ini guna menghindari malapetaka seperti di Situ Gintung Cirendeu, Ciputat, Tangerang, kemrin.

Menurut Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Sugeng Tri Utomo, keberadaan situ di seluruh wilayah Indonesia mulai saat ini harus terus ditinjau daya tampung dan daya bendungnya. "Yang bertugas secara teknis soal pengawasan dan pemulihan situ atau waduk adalah Departemen PU serta Balai Konservasi Sumber Daya Air," ujarnya. Sedangkan pihaknya hanya merekomendasikan mengenai pencegahan bencananya.

Menanggapi desakan BNPB itu, Widagdo mengatakan, pemerintah akan mengintensifkan rehabilitasi semua situ, waduk, dan bendungan, menyusul jebolnya tanggul Situ Gintung. Dana rehabilitasi diperoleh dari pinjaman Bank Dunia senilai USD 70 juta, mengingat dana dari APBN sangat minim. "Tahap pertama, kami memperbaiki operasional 34 bendungan dengan dana USD 50 juta," ujarnya.

Dia memaparkan, kondisi Situ Gintung dan situ lain di Jabodetabek, sudah "lelah". Sebab, kapasitas tampungnya tak lagi sesuai air yang masuk ke salurannya. "Kami tak bisa memantau situ, waduk, dan bendungan, satu per satu, sebab jumlahnya cukup banyak. Anggaran pemeliharaan hanya rata-rata Rp 1 miliar per tahun untuk semua bendungan skala besar, jauh dari memadai," ungkapnya.

Widagdo menjelaskan, usia tanggul yang efisien rata-rata 50 tahun. Namun, tanggul Situ Gintung usianya sudah 77 tahun, dan tidak diubah atau diganti karena ada perubahan fungsi. "Air dari Situ Gintung tidak lagi untuk mengairi sawah, karena lahan persawahan di sekitarnya sudah berubah fungsi menjadi permukiman dan fungsi lain. Jadi, selama ini Situ Gintung dikelompokkan menjadi waduk konservasi," jelasnya.

Terkait upaya rehabilitasi, Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) tengah mempelajari kemungkinan merelokasi warga yang saat ini bermukim di sekitar Situ Gintung. "Sesuai aturan, tidak boleh ada bangunan permanen di sekitar situ. Bangunan yang menyalahi aturan harus ditertibkan," kata Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan KLH, Masnellyarti Hilman.

Menurut dia, meski bangunan situ dibangun lebih kuat dibanding sekarang, kemungkinan jebol tetap masih ada mengingat curah hujan akhir-akhir ini sangat lebat. Karena itu, opsi relokasi menjadi sangat masuk akal dan paling aman.

Data dari Walhi pada 2009 terkait alih fungsi kawasan situ di wilayah Jabodetabek, menunjukkan, dari total luas situ sekitar 2.337,10 ha, sekarang tinggal 1.462,78 ha. Di Kabupaten Bogor, terdapat sekitar 94 situ. Semula total luasnya mencapai 500 ha, kini tinggal 472,86 ha.

Selain luasnya menyusut, tingkat kedalamannya pun berkurang. Akibat pendangkalan yang dibiarkan terus-menerus, kedalaman situ yang semula lebih dari 5 meter, kini hanya berkisar 2,5-3 meter. Akibatnya, daya tampungnya pun menyusut.

Korban Dekati 100

Dari lokasi bencana dilaporkan, gabungan tim SAR dan anggota TNI terus mencari korban. Bahkan, agar mudah, dua anjing pelacak milik Polri dikerahkan untuk mencari korban yang diperkirakan tertimbun lumpur pasca surutnya air. Anggota SAR juga menyisir aliran Kali Pesanggrahan dan kawasan Tanah Kusir untuk mencari korban yang mungkin terseret arus. Selain anggota TNI dan SAR, berbagai relawan ikut terlibat dalam pencarian. Sejumlah partai politik juga ikut mendirikan posko bantuan di sekitar lokasi bencana.

Komandan Kodim Tangerang Letnan Kolonel Joni Abdi yang memimpin tim evakuasi mengatakan, pihaknya mengerahkan 480 personel. Untuk mengefektifkan pencarian, daerah yang rusak karena aliran air bah sepanjang dua kilometer akan dibagi menjadi lima zona. "Tiap zona ada 100 orang yang membersihkan," kata Joni yang juga berperan sebagai koordinator lapangan dalam penanganan bencana.

Penanganan ini amat berat karena kondisi permukiman dipenuhi lumpur.

Perwira dengan dua melati di pundak tersebut menjelaskan, selain pencairan korban, pembersihan itu untuk menyingkirkan puing-puing. "Kami menunggu didatangkannya alat berat," kata Joni. Ditambahkan, pembersihan setiap hari akan dihentikan pukul 17.00. "Mudah-mudahan tidak terganggu cuaca," imbuhnya.

Hingga tadi malam pukul 20.00, jumlah korban meninggal terus bertambah dan sudah mencapai angka 91 orang. Rinciannya 60 perempuan dan 31 laki-laki. Sebelas di antaranya belum teridentifikasi.

Sementara itu, ratusan korban yang selamat dari terjangan air situ masih bertahan di tempat pengungsian. Di antaranya di gedung Fakultas Kedokteran dan Fakultas Hukum UMJ. Dua tempat itu sengaja disiapkan untuk memisahkan korban yang masih trauma dan mereka yang sudah mulai kuat menghadapi kenyataan.

Namun, kebanyakan dari mereka mengaku tidak tahu akan tinggal di mana pascabencana jebolnya Situ Gintung

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...

PageRank 100 Blog Indonesia Terbaik
Widget edited by kanigoropagelaran
top