Saturday, February 21, 2009

Dukun Kesiangan

JOMBANG - Setelah sebulan membolos, Ponari akhirnya kembali bersekolah. Tapi, kehadiran dukun cilik yang menghebohkan itu ke sekolah kemarin (20/2) sangat berbeda dengan Ponari yang dulu. Jika sebelumnya bocah kelas III SD tersebut jalan kaki atau naik sepeda, kemarin Ponari pergi ke sekolah dengan perlakuan istimewa, bahkan cenderung berlebihan.


Datang dengan mobil Isuzu Panther hitam bernopol S 854 W, Ponari mendapat pengawalan polisi dan panitia pengobatan. Bahkan, pihak sekolah menjemput Ponari dari kediamannya. Untuk berjalan ke mobil pun, Ponari digendong kepala sekolah Miharso. Seorang anggota keluarga Ponari mengatakan, perlakuan khusus itu diberikan agar si bocah tidak takut pergi ke sekolah, yang masih harus melewati puluhan orang yang memadati desanya.

Mukaromah, sang ibu, menemani Ponari masuk ke halaman sekolah. Tepat di depan gerbang SDN Balongsari I, sudah terdapat lima orang polisi yang berjaga-jaga. Di tempat lain, sejumlah polisi berpakaian preman mengawasi kerumunan pengunjung di depan sekolah. Sementara di depan ruangan kelas III, juga ada beberapa polisi yang berjaga.

Kehadiran Ponari di sekolah tak langsung membuat bocah 10 tahun itu membaur dengan teman-temannya. Di dalam kelas, saat pelajaran berlangsung, Ponari yang memakai seragam baru pramuka itu masih belum bisa lepas dari HP barunya. Ketika guru menerangkan, dia malah sering asyik memainkan HP Nokia seri N model terbaru. Beberapa kali dia melakukan jepretan foto dengan ponselnya, atau sekadar main game. Asyik main HP itu juga terus dilakukan Ponari saat berkumpul bersama teman-temannya di ruang kantor guru.

Entah karena kangen atau tertarik kepada ''mainan canggih" Ponari, teman-teman sekelasnya pun terus mengerubungi bocah yang tenar karena dikabarkan menemukan batu ''ajaib" itu. ''Lihat, ada permainan bagus di dalam HP Ari (Ponari, Red)," ujar Kiki, salah satu teman sekelas Ponari.

Sementara itu, Kepala SDN Balongsari I Miharso mengatakan, sebenarnya sudah lama Ponari ingin sekolah lagi. Tetapi karena pengunjung terus berdatangan, keinginan itu pun selalu tertunda. Karena itu, lanjut Miharso, pihak sekolah telah membuat perjanjian dengan keluarga Ponari. Praktik pengobatan itu hendaknya disesuaikan dengan jam-jam sekolah Ponari.

Meski baru masuk sehari, Ponari sudah izin tidak masuk lagi pada keesokan harinya (hari ini). Sebab, dia harus kembali bekerja melayani ribuan ''pasien" yang sudah menggenggam kupon. ''Hari Sabtu, Ponari izin tidak masuk lagi karena pengobatan dibuka. Rencananya, Senin (23/2) dia akan masuk sekolah lagi,'' papar Miharso.

Sekitar pukul 11.00, ketika bel pulang sekolah berbunyi, belasan aparat kepolisian yang dibantu panitia bergegas mengamankan langkah Ponari memasuki mobil. Saat itu, sejumlah wartawan yang sejak lama menunggu berusaha menghampiri si dukun cilik tersebut.

Namun, lagi-lagi aparat kepolisian dan panitia menghalang-halangi. Layaknya selebriti, Ponari pun langsung berlari ke dalam mobil yang sudah dikerumuni aparat keamanan itu. Dia juga tidak menjawab satu pun pertanyaan wartawan.

Dukun Kesiangan

Fenomena dukun tiban ala Ponari benar-benar merambah Jombang yang berjuluk Kota Santri itu. Setelah Ponari di Megaluh dan Slamet di Bandar Kedungmulyo, kemarin giliran Nurrohmah, 35, warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang, yang mengklaim menemukan alat penyembuh ''mujarab".

Lucunya, modus dukun-dukun dadakan tersebut serupa, yakni memanfaatkan isu batu ''bertuah". Setelah batu petir, kini ada batu ''berbicara". Motif mencari untung sekejap ala Ponari pada dukun tiban baru- baru ini sangat mencolok. Setelah mengaku menemukan batu bisa berbicara pada pagi hari, siangnya, Nurrohmah sudah langsung membuka praktik pengobatan lengkap dengan kotak amal di depan rumahnya.

Menurut keterangan Nurrohmah, penemuan batu itu terjadi saat dia mengantar anaknya sekolah di sebuah playgroup di Desa Tunggorono. Ketika memarkir motor, dia mengaku mendengar suara-suara ''gaib", yang diakuinya berasal dari batu itu. Seorang warga mengatakan, Nurrohmah mendadak ambruk ketika hendak memarkir motor di depan playgroup. Warga memberikan pertolongan dan menanyai Nurrohmah. Saat itulah wanita berjilbab tersebut menunjukkan batu ''ajaib"-nya.

Saat ditemukan, Nurrohmah mengaku, batu itu terbungkus kain kumal berwarna putih. Dari pengamatan Radar Mojokerto, batu itu mirip cangkang kerang berukuran besar. Hanya, sudah keras dan membatu.

Cerita mistis Nurrohmah itu membuat warga berbondong-bondong datang untuk menyaksikan batu tersebut. ''Ketika orang semakin banyak, ibu itu (Nurrohmah) akhirnya diamankan polisi," ujar Kepala Desa Tunggorono Kislan.

Ketika bertolak dari Polsek Kota Jombang, sekitar pukul 10.00, Nurrohmah langsung pulang ke rumahnya di Desa Tambakrejo. Ternyata, pada siang harinya, rumah Nurrohmah sudah dijubeli warga. Wanita itu juga sudah duduk di kursi di halaman depan rumah, seraya menggenggam batu temuannya tersebut.

Di depan Nurrohmah, terdapat sebuah kotak amal. Beberapa warga pun mulai mengondisikan tempat parkir, tak jauh dari lokasi. Identik dengan pengobatan Ponari, setiap pengunjung membawa air dan dicelupi batu milik istri seorang pegawai swasta di Mojokerto itu. ''Barangkali saja, saya bisa sembuh karena saya menderita sakit linu-linu," ujar Kandek Suyanto, 65, warga setempat yang meminta air Nurrohmah. Hingga Jumat sore, sudah ratusan warga yang mendatangi rumah sederhana milik Nurrohmah, yang notabene ibu rumah tangga itu.

Saat dikonfirmasi, Kapolsek Kota Jombang AKP Sumar membenarkan bahwa ada sejumlah warga yang terkonsentrasi di depan rumah Nurrohmah. Namun, Sumar belum dapat mengambil tindakan apa pun, mengingat ''pengobatan" dadakan ala Ponari itu terkesan coba-coba. ''Saya kira belum tepat jika dia (Nurrohmah) dikatakan membuka praktik. Itu hanya warga yang coba-coba minta air," jelas Sumar. Apabila masyarakat menganggap ''pengobatan" Nurrohmah itu memang meresahkan, atau bahkan menyesatkan, Kapolsek berjanji akan menutupnya.

Menjamurnya pengobatan tak rasional yang mencoreng Jombang itu pun memprihatinkan sejumlah kiai dan pengasuh pondok pesantren. ''Itu ada unsur rekayasa, mana mungkin fenomena alam terjadi dalam jangka waktu cepat di lokasi yang berdekatan,'' kata Kiai Musta'in Hasan, pengasuh Ponpes Darul Ulum, Kepuhdoko, Tembelang, Jombang, dengan nada heran.

Kepada wartawan koran ini, kiai karismatik yang mengasuh puluhan anak yatim piatu dari berbagai daerah di Jawa Timur itu meminta Muspida Jombang beserta kiai dan ulama segera bersikap arif dengan melakukan langkah persuasif.

Ungkapan senada juga disampaikan KH Tamim Romly, salah seorang pengasuh asrama di Ponpes Rejoso, Peterongan, Jombang, yang menganggap fenomena Ponari itu sudah keterlaluan. ''Persoalan ini bisa menjadikan musyrik, tergantung niatnya, padahal bukti konkret keampuhan batu itu hanya dari mulut ke mulut,'' tegas kiai yang akrab disapa Gus Tamim itu

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar teman-teman buat blog belajar ini...

PageRank 100 Blog Indonesia Terbaik
Widget edited by kanigoropagelaran
top